"Albert,
kamu ga ngikutin pelajaran teori lagi?"
"hm,
nggak. Ada kerjaan."kerjaan ini tidak kudapat baru baru ini. Sudah lama
sih, tapi sekarang ada di jam sekolah sebagai pengasah agar aku tidak tumpul.
Cukup buruk untuk diketahui karna itu aku tak mau Rio mengetahuinya. Untuk
membayar Rio agar dapat diadopsi oleh Tuan Felnstel, aku dipekerjakan sebagai
"eraser" untuk para tawanan perang antara Baltzburg dan Schwarze.
"kerjaan
ya. Maaf ya untuk membiayaiku, kamu harus bekerja segitunya."
"jangan
dipikirkan, Rio." Rio terlihat murung, tapi ini bukan salahnya, aku akan
terus bekerja sebagai eraser sampai Rio dapat bekerja sebagai tentara di
militer.
Dua hari
berikutnya Rio mengajakku keliling alun alun, dikatakan bahwa minggu depan ada
karnaval untuk merayakan hari ulang tahun kemiliteran yang ke 479. tapi aku
tidak yakin bahwa hari itu aku akan kosong.karna biasanya pada jam segitulah
seharusnya aku mendapat misi.
"Rio,
maaf, aku tidak tahu apakah aku dapat ikut atau tidak." aku ragu untuk
mengambil tiket dari tangannya. Lalu rio membuka tanganku dan menaruh tiket
karnaval di tanganku.
"sudahlah,
ambil saja. Kalau kau bisa datang beritahu aku, jika tidak aku akan menunggumu
dirumah." nah sekarang sudah saatnya untuk masuk kelas.
Aku
merenung akan apa yang akan kulakukan selanjutnya. Aku sangat menyayangi rio.
Ia sudah seperti adik kandungku sendiri. "albert, misi selanjutnya"
seorang laki laki dari kemiliteran yang menyusup masuk ke dalam akademi
mengirimiku surat misi. "siap pak!" "bagus, laksanakan dengan
cepat dan akurat."
Bayangannya
menghilang di tengah kerumunan. Aku membuka amplop itu. Hanya berisi secarik
surat pendek. "bersihkan area 145c7-8" yah aku tak peduli seberapa
panjang surat itu akan berisi, namun selama rio masih dalam
pertanggungjawabanku, maka aku tak akan berniat untuk mati dalam tugas. Tanpa
sadar air mataku menggenang, namun ini bukan saatnya untuk memikirkan hal hal
seperti itu. Aku harus melakukan tugasku sebagai eraser.
"hey
dik, disini bukan tempat bermain." seorang bapak bapak berpakaian aneh
dengan pernak pernik setengah terntara itu melihatku dengan sinis, ia bersama
ketiga temannya dengan pakaian yang kurang lebih mirip dengannya. "aku
kesini tidak untuk bermain, namun untuk membereskan kalian." satu dari
mereka menarik kerahku dengan paksa. "hoo, nyalimu kuat juga. Apa kau akan
membunuh kami semua? Jangan bercanda!! Tulangmu saja akan patah sebelum melawan
kami!!" "benarkah?" jawabku singkat padat dan sedikit
menyeringai. Terlalu lama untuk menunggu orang orang bodoh ini berhenti
membual. Aku mengeluarkan senjata khusus yang berada di balik seragamku.
Sepasang pedang bermata dua berukuran khusus sepanjang tangan hingga siku yang
bernama Zeraphin.
Pedang
itu dibuat khusus untukku. Nama Zeraphin juga hanya untuk pedang yang dibuat
untukku. Walaupun diganti setiap tahun, nama Zeraphin tidak berubah. Ukuran
untuk setiap orang berbeda, aku membelinya setiap dua tahun sekali untuk
mengantisipasi ukuran tangan yang berubah. Kau tidak akan mau menggunakan
pedang dengan ukuran yang salah.
Pedang
ini cukup mahal, kau hanya dapat membelinya dengan gajimu 3 bulan penuh,
sekitar 150 gp(golden pieces). Bahannya sangat kuat, belum pernah ada yang
pernah mematahkannya. ketajamannya juga terjamin. Jika kau tidak hati hati
menyimpan pedang ini, tanganmu tak akan selamat. Aku mengalami masa masa suram
itu selama 3 bulan pertama. Sangat menyakitkan. Untung saja Zeraphin merupakan
pedang tipe slayer expert. Artinya Zeraphin termasuk 10 pedang terbaik di
dunia.
"ERASER!!"
mereka ketakutan melihatku. Tubuhku yang kecil memang tidak terlihat seperti
eraser resmi namun inilah pekerjaanku. Dalam waktu kurang dari 30 detik aku
harus membunuh mereka tanpa ampun. Tidak sebersit pikiranku untuk mundur.
Karena Rio merupakan satu satunya alasanku untuk hidup. Tugas hari ini telah
selesai. Aku pulang dengan surat keterangan hidup untuk 2 hari kedepan.
Sekarang
sudah pukul 4 sore. Akademi telah pulang. Jam segini Rio sudah di kamar. Aku
harus cepat cepat pulang sebelum jam makan malam. Akupun cepat cepat berlari
pulang dari markas besar. Eraser yang gagal membunuh terlihat sedang menerima
penghukuman di ruang penghukuman. Aku pernah sekali pergi ke sana karena
ternyata orang yang kutusuk di dadanya pura pura mati di depanku.
Masuk
rumah merupakan perihal menyebalkan, aku harus melewati beberapa penjagaan
ketat. Yang pertama adalah kode masuk. Aku memasukkan nama dan kode untuk
membuka pintu, lalu metal detector. Yang satu ini khusus dimatikan untukku
karena aku wajib membawa pedang.berikutnya adalah personal knowing and
knowledge. Disini kami diberi lima kata kunci yang akan ditanyakan oleh pelayan
di rumah ini. Jika tidak dapat menjawab kelima pertanyaan bodoh ini, maka kami
akan segera diserang oleh sistem keamanan otomatis. Sungguh menyusahkan.