Rabu, 09 Mei 2012

Key 2 - The Days in the Academy


"Albert, kamu ga ngikutin pelajaran teori lagi?"
"hm, nggak. Ada kerjaan."kerjaan ini tidak kudapat baru baru ini. Sudah lama sih, tapi sekarang ada di jam sekolah sebagai pengasah agar aku tidak tumpul. Cukup buruk untuk diketahui karna itu aku tak mau Rio mengetahuinya. Untuk membayar Rio agar dapat diadopsi oleh Tuan Felnstel, aku dipekerjakan sebagai "eraser" untuk para tawanan perang antara Baltzburg dan Schwarze.

"kerjaan ya. Maaf ya untuk membiayaiku, kamu harus bekerja segitunya."
"jangan dipikirkan, Rio." Rio terlihat murung, tapi ini bukan salahnya, aku akan terus bekerja sebagai eraser sampai Rio dapat bekerja sebagai tentara di militer.

Dua hari berikutnya Rio mengajakku keliling alun alun, dikatakan bahwa minggu depan ada karnaval untuk merayakan hari ulang tahun kemiliteran yang ke 479. tapi aku tidak yakin bahwa hari itu aku akan kosong.karna biasanya pada jam segitulah seharusnya aku mendapat misi.
"Rio, maaf, aku tidak tahu apakah aku dapat ikut atau tidak." aku ragu untuk mengambil tiket dari tangannya. Lalu rio membuka tanganku dan menaruh tiket karnaval di tanganku.
"sudahlah, ambil saja. Kalau kau bisa datang beritahu aku, jika tidak aku akan menunggumu dirumah." nah sekarang sudah saatnya untuk masuk kelas.

Aku merenung akan apa yang akan kulakukan selanjutnya. Aku sangat menyayangi rio. Ia sudah seperti adik kandungku sendiri. "albert, misi selanjutnya" seorang laki laki dari kemiliteran yang menyusup masuk ke dalam akademi mengirimiku surat misi. "siap pak!" "bagus, laksanakan dengan cepat dan akurat."

Bayangannya menghilang di tengah kerumunan. Aku membuka amplop itu. Hanya berisi secarik surat pendek. "bersihkan area 145c7-8" yah aku tak peduli seberapa panjang surat itu akan berisi, namun selama rio masih dalam pertanggungjawabanku, maka aku tak akan berniat untuk mati dalam tugas. Tanpa sadar air mataku menggenang, namun ini bukan saatnya untuk memikirkan hal hal seperti itu. Aku harus melakukan tugasku sebagai eraser.

"hey dik, disini bukan tempat bermain." seorang bapak bapak berpakaian aneh dengan pernak pernik setengah terntara itu melihatku dengan sinis, ia bersama ketiga temannya dengan pakaian yang kurang lebih mirip dengannya. "aku kesini tidak untuk bermain, namun untuk membereskan kalian." satu dari mereka menarik kerahku dengan paksa. "hoo, nyalimu kuat juga. Apa kau akan membunuh kami semua? Jangan bercanda!! Tulangmu saja akan patah sebelum melawan kami!!" "benarkah?" jawabku singkat padat dan sedikit menyeringai. Terlalu lama untuk menunggu orang orang bodoh ini berhenti membual. Aku mengeluarkan senjata khusus yang berada di balik seragamku. Sepasang pedang bermata dua berukuran khusus sepanjang tangan hingga siku yang bernama Zeraphin.

Pedang itu dibuat khusus untukku. Nama Zeraphin juga hanya untuk pedang yang dibuat untukku. Walaupun diganti setiap tahun, nama Zeraphin tidak berubah. Ukuran untuk setiap orang berbeda, aku membelinya setiap dua tahun sekali untuk mengantisipasi ukuran tangan yang berubah. Kau tidak akan mau menggunakan pedang dengan ukuran yang salah.

Pedang ini cukup mahal, kau hanya dapat membelinya dengan gajimu 3 bulan penuh, sekitar 150 gp(golden pieces). Bahannya sangat kuat, belum pernah ada yang pernah mematahkannya. ketajamannya juga terjamin. Jika kau tidak hati hati menyimpan pedang ini, tanganmu tak akan selamat. Aku mengalami masa masa suram itu selama 3 bulan pertama. Sangat menyakitkan. Untung saja Zeraphin merupakan pedang tipe slayer expert. Artinya Zeraphin termasuk 10 pedang terbaik di dunia.

"ERASER!!" mereka ketakutan melihatku. Tubuhku yang kecil memang tidak terlihat seperti eraser resmi namun inilah pekerjaanku. Dalam waktu kurang dari 30 detik aku harus membunuh mereka tanpa ampun. Tidak sebersit pikiranku untuk mundur. Karena Rio merupakan satu satunya alasanku untuk hidup. Tugas hari ini telah selesai. Aku pulang dengan surat keterangan hidup untuk 2 hari kedepan.

Sekarang sudah pukul 4 sore. Akademi telah pulang. Jam segini Rio sudah di kamar. Aku harus cepat cepat pulang sebelum jam makan malam. Akupun cepat cepat berlari pulang dari markas besar. Eraser yang gagal membunuh terlihat sedang menerima penghukuman di ruang penghukuman. Aku pernah sekali pergi ke sana karena ternyata orang yang kutusuk di dadanya pura pura mati di depanku.

Masuk rumah merupakan perihal menyebalkan, aku harus melewati beberapa penjagaan ketat. Yang pertama adalah kode masuk. Aku memasukkan nama dan kode untuk membuka pintu, lalu metal detector. Yang satu ini khusus dimatikan untukku karena aku wajib membawa pedang.berikutnya adalah personal knowing and knowledge. Disini kami diberi lima kata kunci yang akan ditanyakan oleh pelayan di rumah ini. Jika tidak dapat menjawab kelima pertanyaan bodoh ini, maka kami akan segera diserang oleh sistem keamanan otomatis. Sungguh menyusahkan.

Senin, 26 Maret 2012

Key 1 - Nightmare

Aku terbaring di dalam sebuah kabut tebal yang dingin. Derap langkah tentara terdengar sayup sayup. Seorang laki laki berada di depanku dengan tatapan kosong. Pimpinan tentara mengambil laki laki itu dan membunuhnya dengan pedangnya. "Krom.." seorang lagi laki laki yang tak ku kenal berteriak dari belakangku. Aku tak dapat bergerak. Ia pucat dan ketakutan. Namun nyalinya yang besar masih terbaca di wajahnya.

Ternyata hari sudah pagi. Alarm weker merpati yang ada di meja belajar sudah berbunyi sejak sepuluh menit lalu. Aku mematikannya dan bersiap untuk masuk akademi. Hari ini adalah hari pertama ujian masuk akademi militer negara. Sekolah tinggi impian yang murid muridnya merupakan anak anak jendral besar, mentri dan sisanya merupakan undangan khusus siswa siswa terpilih.

Aku tinggal menumpang di rumah jendral Felnstel. Ia mengambilku dari jalanan. Ia juga mengambil Rio yang kebetulan ada bersamaku. Entahlah aku tak begitu ingat. Seorang pelayan yang mengatakannya padaku. Tuan Felnstel jarang menemuiku, kata bawahannya ia sibuk dan hanya mau menemuiku jika aku mendapat suatu penghargaan di sekolah agar bisa masuk ke dalam daftar pelayan di rumahnya. Tuan Felnstel merupakan mantan raja kerajaan Baltzburg sebelum pemerintahan yang sekarang.

Sebuah tawaran yang kurang adil. Namun untuk hidup di negara ini memang sulit. Bagi mereka yang tak dapat kerja mereka dipekerjakan hingga mati oleh militer negara. Hal itu dikarenakan di negara ini militernya sangat kuat, bahkan tujuh jendral khusus memiliki jabatan yang sama pentingnya dengan kementrian negara.

"tok tok" ketukan pintu di pagi untuk membawakan jadwal dan sarapan untuk hari ini. Pelayan yang mengantarkannya sungguh kasihan. Lidahnya dipotong oleh majikan sebelumnya karena kesalahan yang menurutku kurang begitu penting. Namanya Ann. Ann jarang sekali berbicara karena sulit untuk berbicara dengannya. Ia hanya dapat mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dengan tulisan.

"selamat pagi Albert. Sekarang saatnya anda sarapan dan jadwal hari ini adalah hari pertama anda masuk sekolah militer. Laporan anda ditunggu oleh tuan Rezt pukul 6 setelah anda pulang nanti. Anda bersama Rio akan disekolahkan ke dalam akademi dengan laporan detil setiap harinya dan pekerjaan kalian tetap dilaksanakan pada malam hari."

Ann merunduk dan keluar dari kamarku. Tak lama Rio masuk. Rio masih memiliki kebebasan karena tuan Felnstel hanya meminta satu perwakilan. "pagi, Albert!" mendobrak masuk tanpa izin dan melompat ke tempat tidur orang lain seperti yang dilakukan Rio setiap harinya merupakan kebiasaan yang cukup baik untukmu jika kau ingin dimarahi dan ditendang keluar oleh pemilik kamar. Bersyukurlah Rio merupakan satu satunya teman baikku karena kami dilarang keluar dan mengenal dunia yang sebenarnya.

"Sudah sarapan?" rio dengan asik meminum susu botolan yang ada di atas meja di sebelah tempat tidur. Entah disengaja atau tidak, tapi itu adalah satu satunya sarapanku selama sehari. "sarapanku sudah kau minum." "eehh!! Maaf maaf! Aku tidak tahu, kalau begitu sebagai gantinya ayo cepat sini!" rio menarikku ke arah dapur dan memesan mie goreng.

"terimakasih, tapi aku tidak lapar. Mie gorengnya untukmu saja." aku hanya minum susu pada pagi hari dan tablet vitamin pada siang, tidak makan satu pagi tidak masalah sepertinya. "hah? Pucat begitu kok. Udahlah jangan sok kuat. Nih!!" rio memberikan garpu kepadaku dan  memintaku untuk makan. "terimakasih, rio" ia melihatku dengan tajam, "rio, kau sendiri sudah makan belum?"

"sudah. Tadi pagi aku makan mie goreng ayam pakai bakso dengan jus alpukat sebagai penutup" ia tersenyum lebar dan membanggakan sarapannya pagi ini. "uaah, banyak" aku tak pernah sekalipun makan sebanyak itu, makan mi goreng ini saja setengahnya mungkin tidak habis. Ibu kantin yang membawakan kami minum menyambar perkataan rio. "kalau setiap pagi kau makan seperti itu, lama lama kau akan bodoh" "apa? Benar tuh? Ga bercanda? Bahaya juga. Kalau begitu besok pagi berikan aku makanan yang sama dengan albert ya, dia kan pintar, harusnya bisa mengejar hehehe" "yah silahkan saja. Sarapan anak ini berbeda jauh denganmu. Besok sarapanmu bisa kau ambil di kafe."

"oke deh mam! Albert, ayo kita berangkat!" kamipun berangkat ke akademi. Awalnya kami kira akademi berisi orang orang yang serius dan individual, namun image sekolah impian itu tiba tiba musnah dalam sekejap. Hal itu dimulai dari pertemuan kami dengan Oz. Oz Clonde Pine. Entahlah mengapa ia sangat rasis. Memang benar bahwa tidak seharusnya kami dapat memasuki sekolah seperti ini karena latar belakang keluarga asli kami yang bahkan tidak jelas siapa.

"hoo, jadi ini ya sampah kebanggaan keluarga kerajaan?"
"haha, tidak seperti yang dirumorkan. Mereka lebih dekil dari yang kami perkirakan."
"hei lihat pakaian mereka, mungkin itu pakaian alumni 10 tahun lalu."

Mereka semua menertawakan kami. Aku ingin sekali membalasnya, namun rio memegang tanganku dan berkata "sudahlah al. mereka bukanlah orang yang harus kita marahi, bukankah lebih baik jika kita mencari ruangan kita?" "iya." benar kata rio, namun aku tetap tak suka jika mereka merendahkan rio seperti itu.